Selasa, 27 Januari 2015

SERPIHAN SURAT UNTUK AYAH

Pernah ku merasa sangat nyaman berada dalam pelukmu, erat peluk itu penuh dengan cintamu untukku. Indah saat aku dapat merasakan hangatnya peluk dan kasihmu itu..
Aku bahagia karena sebelumnya aku tak pernah merasakan hangatnya pelukmu ayah.. namun sayang, kini hangat pelukmu tak dapat kurasakan lagi..
Derai air mata ini pun mengalir, kemudian ingatan tentang mu hadir dalam fikirku. Aku sangat menyesali kesempatan yang begitu ku abaikan.. kenapa begitu cepat engkau pergi meninggalkan kami? Begitu singkat peluk terakhir itu. begitu singkat waktu yang diberikan Tuhan untuk mu memanjakkan diri ini?
Rasanya aku baru beberapa menit saja merasakan bahagianya memiliki ayah sepertimu, meski aku hanya meminjammu dari ayahnya.. namun aku begitu menyayangimu.. dan kasihmu pun kurasakan itu..
Ayah... beribu harapan yang kau tangguhkan kepada ku, akan ku gapai demi membahagiakan dirimu di alam sana..
Ayah.. kau adalah sosok panutan di dalam keluarga ini yang begitu hebat dan bijaksana..
Ayah.. terimakasi, kau telah bersama kami beberapa tahun ini.. mengobati semua luka yang aku miliki di masa lalu..
Ayah... aku begitu merindukkanmu, aku ingin bertemu dengan mu walau hanya semenit saja..
Aku ingin sekali merasakan peluk hangat yang penuh kasih sayang dari seorang ayah sepertimu..
Ayah, aku tak kuasa melihat ibu selalu menangisi kepergianmu.. seolah ibu pun begitu menyayangi dan merindukkan mu. Ia tak pernah sedikitpun melupakan bayangmu..

Ayah.. dapatkah aku bertemu denganmu dalam dimensi yang lain? Dapatkah keluarga kecil ini kembali bersama dan menjalin erat keharmonisan?
Ayah.. tahu kah engkau begitu banyak hal yang ku sesali setelah kepergianmu..
Sekarang.. aku mencoba untuk memperbaiki segalanya, aku ingin mengubah mewujudkan mimpi-mimpi ku untuk mu yang pernah menaruh harap kepada ku..
Terlambat kah aku melakukan ini semua? Meski begitu, aku akan tetap berusaha mengubah segalanya menjadi lebih baik.
Ayah.. tetap lah menaruh harap kepada ku di alam sana, tetaplah tersenyum untuk kami semua..

Dari anakmu yang begitu merindu,

Egidya Mahardini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar